Showing posts with label tugas. Show all posts
Showing posts with label tugas. Show all posts

Wednesday, October 12, 2011

Contoh Makalah Agrobisnis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar belakang
Buat seseorang, hobi adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa dinilai dengan uang. Orang tidak akan sayang membelanjakan puluhan bahkan ratusan juta rupiah hanya untuk memenuhi hobi mereka. Para pecinta tanaman hias juga memiliki pola pikir yang sama. Buat mereka, apalah arti uang sekian rupiah untuk mendapatkan kepuasan memiliki tanaman hias yang cantik.
Itu sebabnya, pasar tanaman hias tidak pernah sepi peminat dan selalu bergerak aktif, bahkan pada saat krisis keuangan sekalipun. Industri tanaman hias selalu menggeliat karena orang tidak akan mengukur uang mereka dengan skala volume. Skala ukuran yang digunakan pecinta tanaman adalah kepuasan. Kepuasan mereka tidak akan terbayar tanpa bisa mendapatkan tanaman yang diinginkan, walaupun tanaman tersebut berharga sangat mahal.
Hal ini menyebabkan industri tanaman hias tidak pernah kehilangan peminat. Pembeli akan tetap berjubel untuk mendapatkan tanaman yang sesuai dengan selera mereka. Di sisi lain, para pengusaha tanaman juga merasa bahwa usaha ini sangat layak dan menarik untuk dikembangkan.
Untuk itu, pengusaha tanaman seperti ini dituntut untuk selalu kreatif. Mereka harus bisa membuat beragam hasil budidaya tanaman agar tidak membuat konsumen bosan. Sebagai contoh, petani anggrek hias harus selalu bisa membuat budidaya tanaman anggrek jenis baru dengan menyilangkan berbagai varietas yang dimiliki untuk menghasilkan jenis anggrek yang baru.
Kreartifitas petani tanaman dalam menyilangkan tanaman miliknya untuk menghasilkan jenis tanaman baru akan mempengaruhi kinerja usahanya. Pecinta tanaman akan selalu menyukai tanaman yang cantik, akan tetapi model dan jenis tanaman yang monoton akan membuat mereka berpindah minat dari satu penjual ke penjual lain yang memiliki lebih banyak koleksi jenis tanaman.
         Dari hal itulah maka kelompok kami akan membahas tentang budidaya tanaman hias yang selalu ramai dipasaran dan pada kali ini kami akan membahas tentang budidaya tanaman hias puring.

1.2  Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Agrobisnis
2. Panduan untuk pemula yang ingin membudidayakan Tanaman Hias Puring
3. Menambah wawasan tentang Budidaya Tanaman Hias khususnya Puring
4. Peluang Usaha ditengah maraknya persaingan Pasar Global


BAB I
SUKSES USAHA TANAMAN HIAS

A.      Syarat Untuk Pebisnis Tanaman Hias
Tanaman hias merupakan tanaman yang unik dimana harga ditentukan oleh pasar atau oleh pembeli.  Semakin hari kebutuhan akan tanaman hias terus meningkat.
Plasma nuftah tanaman hias asli Indonesia sangat beragam misalnya anggrek saja ditemukan beberapa jenis.  Potensi alam ini memberikan peluang untuk usaha pada tanaman hias khususnya pembenihan.
Usaha tanaman hias harus memperhatikan shal sebagai berikut  :
1.    Pilih jenis tanaman hias yang potensial untuk dikembangkan.
2.    Memahami cara merawat setiap jenis tanaman hias.
3.    Kuasai teknik perbanyakan tanaman hias.
4.    Pelajari selera pasar dan atur strategi penjualan tanaman hias.

B.       Kunci Keberhasilan Usaha
Selain modal yang memadai yang harus dimiliki untuk usaha, yang lainnya adalah  :
1.    Mulai usaha dengan antusiasme;
2.    Mempunyai cita-cita yang tinggi;
3.    Bekerja dengan keras;
4.    Temukan ide baru dalam pembibitan;
5.    Raih setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan;
6.    Melakukan usaha dengan rasa senang dan tidak takut;
7.    Tumbuhkan sifat ambisi, dermawan dan mengontrol emosi;
8.    Beri perhatian pada konsumen dengan baik, termasuk pelayanan yang ramah.
9.    Tanamkan sikap profesional dalam berbisnis;
 
C.      Etika Berbisnis Tanaman Hias
Dalam menjaga suasana pasar yang kondusif beberapa hal yang perlu diingat  :
1.    Jual beli system putus, artinya harga tanaman yang turun naik cukup fluktuatif sudah menjadi resiko pedagang.
2.    Tidak menjual murah, artinya petani harus dapat menjaga harga pasaran dengan cara tidak menjual pada saat produksi melimpah, melainkan menyimpannya.
3.    Jangan jadi kutu loncat, artinya jangan menyorobot pasar orang lain, karena dapat mengganggu stabilitas usaha orang lain.
4.    Tidak berlebihan membujuk konsumen untuk membeli dagangannya.
5.    Tidak menjelekan nama, dan atau jenis usaha orang lain.


BAB II
BUDIDAYA TANAMAN HIAS PURING

A.  Media Tanam
1.      Tanah Kebun
Sesuai dengan namanya tanah ini banyak terdapat di kebun, tanah kebun yang terdapat di bawah rumpun bambu dan pisang mengandung banyak humus. Tanahnya berwarna hitam kecoklatan dan kandungan haranya cukup baik, terutama sisa bahan organik.

2.      Tanah Berpasir
Tanah berpasir termasuk tanah porous yang memiliki kemampuan cukup baik dalam menyuplai udara untuk perakaran tanaman.
Kandungan zat hara juga kurang banyak, sehingga harus dicampur dengan kompos dan pupuk kandang.  Tetapi media berpasir cukup baik untuk tanaman hias puring jika dicampur dengan kompos yang cukup dibanding media lain seperti tanah liat maupun sekam.

B.  Air Bagi Tanam
Tanaman hias puring termasuk sedang dalam membutuhkan air untuk penyiraman, sehingga dapat tumbuh di daerah kurang air sekalipun.
Agar diperoleh tumbuhan yang baik, maka harus diperhatikan pemakaian air bagi tanaman, antara lain  :
1.      Waktu Penyiraman
Untuk Tanaman hias yang baru ditanam sebaiknya dilakukan penyiraman pagi, siang, dan sore hari sampai dengan sudah tampak tanda-tanda kehidupan.
Untuk tanaman yang sudah stabil, maka tanaman hias puring cukup disiram air pada pagi hari dan sore hari.

2.      Sifat Air untuk Tanaman Hias
Tamanan hias puring tidak terlalu mengikat terhadap sifat air yang disiramkan, artinya air untuk penyiraman dapat air dari segala sumber air, yang terpenting tidak termasuk air yang tercemar, agar pertumbuhan lebih baik.

3.      Volume Kebutuhan Air
Untuk volume air Tanaman hias puring terbagi ke dalam 3 bagian  :
1.      Masa pembenihan, dibutuhkan air yang cukup dan sifatnya baik kebutuhan antara 3 – 4 liter setiap hari.
2.      Masa pertumbuhan, dibutuhkan air 2 – 3 liter setiap hari.
3.      Masa perkembangan, dibutuhkan 1 – 2 liter air setiap harinya untuk menjaga dan menyeimbangkan penguapan air tanah.

C.  Unsur Hara dan Pertumbuhan Tanaman
Tanaman membutuhkan unsur hara nakro dan unsur hara mikro yang mempunyai fungsi dan peran khusus terhadap proses perkembangan tanaman, sehingga ketika terjadi kekurangan salah satu unsur hara tersebut akan mengakibatkan tidak oftimalnya perkembangan tanaman.
1.    Unsur Hara Makro  :  Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Kalsium (Ca), Boron (B), Besi (Fe), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Seng (Zn), Molibdenum (Mo), Kloe (Cl).
2.    Unsur Hara Mikro  :  Boron (B), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Klor (Cl), Molibdenum (Mo).
3.    Pertumbuhan Tanaman
a.       Fase Vegetatif
Pada fase ini tanaman sangat membutuhkan nutrisi yang lengkap untuk mendukung pertumbuhan akar, cabang, dan daun. Sehubungan dengan hal tersebut, maka unsur nitrogen harus diberikan dengan cukup. Unsur lain untuk pertumbuhan daun antara lain  :  Mg, Mn, Fe, dan Zn.
Pupuk majemuk berkadar N tinggi antara lain Dekaform, Dekastar 18-11-10, Gandasil D, Hyponex warna hijau 20-20-20, Growmore warna hijau 20-20-20, Green Asri 14-2-2, dan Nutrisanol.
b.      Fase Generatif
Pada fase generatif unsur yang diperlukan adalah unsur Nitrogen, dan Phospor, jenis unsur hara tersebut antara lain terdapat pada Gandasil B, Gaviota 67, Hyponex biru 10-40-1-, Green Asri Bunga, dan Quick Grow Bunga.

D.  Jenis dan Sifat Pupuk
1.    Pupuk Anorganik
Ada 2 jenis pupuk anorganik yang tersedia dipasaran, yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
Pupuk tunggal mengandung  :  unsue N, TSP, dan SP 36 yang mengandung Fosfor serta KC1 dan ZK.


2.    Pupuk Organik
Pupuk Organik adalah alternatif terbaik untuk pemupukan tanaman, hal ini berarti kembali ke alam, karena pemupukan dengan organik dapat mengembalikan unsur hara tanah sehingga dapat menyeimbangkan kadar keasaman tanah.
Pupuk organik dapat berupa kompos hijau dan kompos buatan yang berasal dari hijauan daun.

Macam-macam pupuk organik antara lain  :
a.        Pupuk Kandang.
b.      Pupuk Hijau.
c.       Kompos.
d.      Pupuk Guano.
e.       Asam Humus.
f.       Pupuk Cair.

E.   Gangguan Fisiologis pada Tanaman Hias dan Solusinya
Beberapa gangguan fisiologis pada tanaman hias antara lain  :
a.       Daun Menggulung dan melingkar.
b.      Daun Layu dan Rontok.
c.       Warna Daun Memudar.
d.      Warna Daun Cuma Hijau.
e.       Daun Layu dan Terdaftar.

F.   Gangguan Hama Penyakit dan Solusinya
a.       Serangan Kutu Rambut Berwarna Putih
Hama ini menyerang akar muda pada daerah yang lembab, tanaman yang diserang mengalami layu pucuk, penanggulangan dengan penyemprotan Dazomet 98%.

b.      Batang dan Daun Terserang Kutu Putih
Menurut gejala serangannya tanaman bias Bang Ronald sepertinya terserang kutu tepung atau kutu putih (mealy bug) bentuk tubuhnya oval dan tertutup debu putih menyerupai kapas.
Tanaman yang terserang mengakibatkan bercak hitam di sekitar pucuk tanaman dan klorosis (bintik-bintik) di permukaan daun dan ahirnya mengering dan mati.

c.       Akar sering Busuk
Yang menyerang adalah hama penggerek akar sehingga akar dan batang menjadi busuk dan mati. Dapat disemptor dengan insektisida Spontan 400 SL.
G.   Merawat Tanaman Hias.
·      Syarat Tumbuh
Idealnya puring akan tumbuh optimal jika berada di daerah dengan suhu 18-20ºC, di bawah suhu 15ºC pertumbuhan daun terlambat dan rentan terserang busuk akar.

·      Media Tanam
Puring yang memiliki daun lebar membutuhkan media tanam dengan porositas tinggi.  Tujuannya untuk memacu pertumbuhan daun.  Misalnya campuran kompos, tanah, sekam bakar, dan serbuk kayu (1 : 1 : 1 : 1) sementara untuk jenis puring daun kecil media tanam yang disukainya adalah campuran kompos, tanah, dan sekam bakar (1:1 : 1:1) pH optimal untuk pertumbuhan 5-6.

·      Penyiraman
Saat cuaca normal, penyiraman dilakukan 2-3 hari sekali sementara ketika kemarau, puring sebaiknya disiram sehari sekali.

·      Pemupukan
Berikan pupuk dengan P dan K tinggi, seperti Growmore 6-30-30 atau 10-40-15 untuk memacu pertumbuhan daun dan kemunculan warnanya. Dosisnya 1 sdt pupuk dilarutkan dalam 1 liter air aplikasi dua minggu sekali.

·      Berikan Naungan
Khusus untuk puring yang dicangkok atau direpotting sebaiknya diletakan di tempatn yang memiliki naungan.

·      Mengilapkan Daun
Bersihkan daun menggunakan kain lembut yang basah, lalu olesi dengan santan atau susu murni tanpa gula. Setelah itu, basuh kembali daun dengan kain kering hingga mengkilap. Cara tersebut dilakukan seminggu sekali.



BAB IV
PENUTUP

Jika ada kemauan pasti ada jalan, itulah peribahasa yang selalu kita dengar, dengan kata lain janganlah berputus asa dalam berusaha sekalipun kita tidak memiliki modal yang bahkan tidak ada, tapi jika berkemauan yang tinggi maka cobalah berusaha tanaman hias yang mudah dan murah untuk dikerjakan.
Berawal dari kemauan dan kesabaran maka usaha kita akan berkembang dan menjadi usaha andalan yang dapat menjadi penopang kehidupan keluarga.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca dan bagi yang memerlukan cara membudidayakan tanaman hias puring dan cara untuk peningkatan usaha.

Saturday, October 1, 2011

Contoh Laporan Observasi


KATA PENGANTAR

Kaligrafi (55)

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia serta hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Laporan Observasi Mata Kuliah Zoologi Vertebrata. Laporan ini sebagai hasil penelitian di Kelurahan Cigadung – Kuningan.
Laporan Observasi yang saya buat ini berjudul “LAPORAN OBSERVASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KELURAHAN CIGADUNG - KUNINGAN”.
Laporan ini dapat diselesaikan dengan adanya kerjasama dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak.
Dalam laporan ini dirasakan masih banyak kekurangan, baik dalam sistematika penyusunan maupun penggunaan kata-kata. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai cerminan kami dalam penyusunan laporan berikutnya.
Akhirnya kepada Allah jualah kami serahkan semuanya. Semoga laporan ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi para pembaca. Amin . .
.
Kuningan,   November 2010

                                                  Penulis





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ....................................................................................  i
DAFTAR ISI ...................................................................................................  ii
BAB I     PENDAHULUAN ...........................................................................  1
1.1    Latar Belakang Masalah .....................................................  1
1.2    Tujuan dan Manfaat Observasi  ........................................  2
BAB II    KAJIAN TEORI ...............................................................................  3
2.1 Sejarah Ikan Nila ....................................................................  3
2.2 Kualitas Air ...............................................................................  4
2.3 Nila Gizi ....................................................................................  5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................  7
3.1 Ikan Nila Biasa (Lokal) ...........................................................  7
3.2 Ikan Nila Merah .......................................................................  9
3.3 Ikan Nila Gift............................................................................. 11
BAB IV KESIMPULAN  ...............................................................................  14
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................  15





BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas perairan hampir dua pertiga dari luas wilayahnya yaitu sekitar 70%. Wilayah perairan di Indonesia berdasarkan kandungan kadar garamnya atau salinitas dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis perairan yaitu perairan tawar, perairan payau dan perairan laut. Dari ketiga jenis perairan tersebut dapat dihasilkan suatu produksi perikanan yang memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Potensi perikanan budidaya secara nasional diperkirakan sebesar 15,59 juta hektar (Ha) yang terdiri dari potensi air tawar 2,23 juta ha, air payau 1,22 juta ha dan budidaya laut 12,14 juta ha. Pemanfaatannya hingga saat ini masing-masing baru 10,1 persen untuk budidaya ikan air tawar, 40 persen pada budidaya air payau dan 0,01 persen untuk budidaya laut, sehingga secara nasional produksi perikanan budidaya baru mencapai 1,48 juta ton.
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (Freddy Numberi, 2006), akan menargetkan produksi perikanan pada tahun 2006 mencapai 7,7 juta ton atau meningkat sebesar 13%, yang terdiri dari produksi perikanan tangkap sebesar 5,1 juta ton dan produksi perikanan budidaya sebesar 2,6 juta ton, serta konsumsi ikan menjadi 28kg/kapita/tahun.
Melihat potensi sumberdaya perikanan Kel Cigadung belum seluruhnya tergali, apabila dimanfaatkan dan dikelola secara bijaksana dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Dari hal itulah saya ingin melakukan observasi lapangan tentang ikan nila agar kekayaan perikanan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Kebutuhan akan gizi mutlak diperlukan karena meningkatkan produktifitas manusia di segala bidang. Maka perlu dicari bahan pangan yang bermutu baik dengan harga yang relatif terjangkau dan mudah didapat. Di antaranya adalah ikan, baik dari hasil tangkapan di laut maupun hasil budidaya. Daging ikan segar ternyata cukup mengandung protein antara 16%-24%, lemak antara 0,2%-2,2%, unsur mineral, vitamin serta karbohidrat. Penderita tekanan darah tinggi sangat cocok mengkonsumsi ikan karena daging ikan tidak mengandung kolesterol.

B. Tujuan dan Manfaat Observasi
Tujuan dari Oservasi adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa di bidang perikanan yaitu mengetahui cara penebaran benih, pertumbuhan ikan, pemberian pakan, cara pengapuran kolam, pemupukan kolam serta penanganan ikan selama masa pemeliharaan.
Manfaat Observasi yaitu dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam budidaya Ikan Nila (oreochormis niloticus) sebagai bekal terjun ke masyarakat.













BAB II
KAJIAN TEORI

Sejarah Ikan nila
            Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.
            Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang berasal dari Taiwan sudah sejak tahun 1969 dikenal oleh masyarakat Indonesia. Nama atau sebutan nila ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perikanan pada tahun 1972, diambil dari nama spesiesnya nilotika menjadi nila.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ikan Nila (oreochormis niloticus) mempunyai keunggulan dan perkembangan budidaya relatif lebih cepat. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang mudah berkembang biak, pertumbuhan badannya cepat, dan merupakan pemakan plankton serta tumbuhan air lunak yang tumbuh di dalam kolam. Keunggulan lain, ternyata Ikan Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup, tumbuh dan berbiak pada kondisi air ber pH = 5.
Ikan Nila (oreochormis niloticus) termasuk salah satu jenis ikan yang mempunyai toleransi terhadap kualitas air dengan kisaran lebar, maka Ikan Nila (oreochormis niloticus) sehinga sangat cocok dibudidayakan di kolam-kolam pekarangan yang relatif sempit di sekitar rumah tinggal. Cara pembudidayaan tidak sulit. Dari segi pembesaran, dapat dibudidayakan dengan berbagai cara atau sistem antara lain : monokultur (pemeliharaan tunggal), polikultur (pemeliharaan campuran) dan longyam (pemeliharaan terpadu).


Kualitas Air
Variabel kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap ikan nila antara lain adalah:
1. Suhu air.
Suhu air merupakan factor penting yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi laju metabolisme dalam tubuh ikan. Pada suhu air yang tinggi maka laju metabolisme akan meningkat, sedangkan pada suhu yang rendah maka laju metabolisme akan menurun.
Dengan suhu yang optimal maka laju metabolisme akan optimal. Pertumbuhan ikan nila sangat dipengaruhi oleh suhu air dalam usaha pembesaran atau pembenihan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap aktifitas saluran pencernaan benih ikan nila.
Makanan alami yang berupa detritus dan fauna dasar selesai dicerna dalam waktu 1,68 jam pada suhu 27 – 28oC dan 1,31 jam pada suhu 32-33 oC. Pada suhu 27 – 28oC pakan zooplankton dapat dicernakan dalam waktu 2,2 jam. Ikan dapat mencernakan makanannya selama 2,5 – 3 jam pada suhu 30oC. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka suhu optimum untuk pertumbuhan ikan nila adalah 25 – 30oC.
2. Volume air
Pertumbuhan ikan nila yang dipelihara dalam air mengalir lebih cepat daripada yang dipelihara dalam air tergenang. Dalam kondisi air mengalir, ikan nila dengan bobot awal 9,1 gram diberi pakan pellet 25% protein dan feeding ratenya 3,5% dalam waktu seminggu akan mencapai bobot 34,2 gram. Selain itu volume air sangat menentukan padat penebaran ikan nila yang optimal. Padat penebaran ikan nila di kolam adalah 30 ekor/ m2.
3. Kadar oksigen terlarut
Untuk dapat hidup manusia membutuhkan oksigen begitu juga dengan ikan. Oksigen yang dibutuhkan ikan yang hidup didalam air disebut dengan oksigen terlarut. Ikan nila merupakan ikan yang tahan terhadap kekurangan oksigen terlarut dalam air, namun pertumbuhan ikan ini akan optimal jika kandungan oksigen terlarut lebih dari 3 ppm. Kandungan oksigen terlarut kurang dari 3 ppm dapat menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan akhirnya mati.
4. Kadar garam (salinitas)
Ikan nila mempunyai toleransi salinitas yang cukup luas, tetapi pertumbuhan ikan nila pada kadar garam lebih dari 30% akan terhambat. Pada kadar garam yang tinggi ikan membutuhkan energi yang minim untuk osmoregulasi sehingga energi yang digunakan untuk pertumbuhan berkurang.
5. Cemaran lingkungan
Ikan nila yang dipelihara pada musim kemarau banyak yang mati. Hal ini diakibatkan oleh pengaruh secara tidak langsung dari sinar matahari yang dapat meningkatkan keasaman (pH) perairan. Gejala mabuk pada ikan nila dapat diakibatkan dari akitifitas berenang ikan yang cepat dipermukaan dengan gerakan tidak beraturan dan tutup insang bergerak aktif. Selain itu air budidaya yang tercemar minyak akan menyebabkan kerusakan sel-sel saluran pencernaan. Oleh karena itu agar ikan nila tunbuh dengan cepat air budidayanya tidak boleh tercemar baik oleh limbah industri maupun rumah tangga. Dalam air budidaya ikan yang baik sepintas dapat dilihat dari keruh atau tidaknya air kolam. Untuk mengetahui tingkat kekeruhan air kolam dapat dilihat dari tingkat kecerahan air kolam dengan menggunakan alat pengukur yang disebut secchi disk atau keeping secchi.
Kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan nila di kolam berkisar antara 25-40 cm. Artinya jarak batas pengelihatan terhadap keeping secchi adalah berkisar antara 25-40 cm dari atas permukaan perairan. Kecerahan kurang dari 25 cm tidak menguntungkan karena mengakibatkan rendahnya kandungan oksigen terlarut di kolam. Pada kolam budidaya yang keruh maka jarak batas penglihatan terhadap keeping secchi rendah yang berarti kolam tercemar bahan organik atau Lumpur.
Nilai gizi
Ikan nila dan mujair merupakan sumber protein hewani murah bagi konsumsi manusia. Karena budidayanya mudah, harga jualnya juga rendah. Budidaya dilakukan di kolam-kolam atau tangki pembesaran. Pada budidaya intensif, nila dan mujair tidak dianjurkan dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku agresif.
Nilai kurang bagi ikan ini sebagai bahan konsumsi adalah kandungan asam lemak omega-6 yang tinggi sementara asam lemak omega-3 yang rendah. Komposisi ini kurang baik bagi mereka yang memiliki penyakit yang berkait dengan peredaran darah.[1]










BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Ikan Nila Biasa (Lokal)
 





1. Klasifikasi
Kingdom          :   Animalia
Phylum            :   Chordata
Sub Phylum   :   Vertebrata
Kelas                :   Pisces
Sub Kelas       :   Acanthotherigi
Ordo                 :   Perchomorphi
Sub Ordo         :   Perchomorphi
Famili               :   Perchoiaea
Genus              :   Oreochormis
Spesies            :   Oreochromis niloticus
2. Ciri Fisik ( Morfologi)
Ikan Nila (oreochormis niloticus) mempunyai ciri-ciri morfologi : bentuk bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Sedangkan garis lurus memanjang ditemukan pada sirip punggung. Ikan Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya.
Menurut Puslitbang Perikanan (1988) Ikan Nila (oreochormis niloticus) adalah termasuk campuran ikan pemakan campuran (omnivora). Adapun makanannya berupa :
1.    Hewan-hewan seperti protozoa dan zooplankton
2.    Ganggang, algae yang tersedia di kolam.
3.    Pertumbuhan dan Perkembangan
Ikan nila dapat mencapai saat dewasa pada umur 4 – 5 bulan dan ia akan mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan sampai berumur 1,5 – 2 tahun. Pada saat ia berumur lebih dari 1 tahun kira – kira beratnya mencapai 800g dan saat ini ia bisa mengeluarkan 1200 – 1500 larva setiap kali ia memijah. Dan dapat berlangsung selama 6 – 7 kali dalam setahun. Sebelum memijah ikan nila jantan selalu membuat sarang di dasar perairan dan daerahnya akan ia jaga dan merupakan daerah teritorialnya sendiri. Ikan Nila jantan menjadi agresif saat musim ini
4.    Habitat dan Penyebarannya
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya. Sehingga ia bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ia mampu hidup pada suhu 14 – 38 derajat celcius. Dengan suhu terbaik adalah 25 –  30 derajat. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0 – 29 % sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meski ia bisa hidup di kadar garam sampai 35% namun ia sudah tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik.


B.   Ikan Nila Merah





1.    Klasifikasi           
Kingdom         :   Animalia
Phylum           :   Chordata
Sub Phylum  :   Vertebrata
Kelas               :   Pisces
Sub Kelas      :   Acanthotherigi
Ordo                :   Perchomorphi
Sub Ordo        :   Perchomorphi
Famili              :   Perchoiaea
Genus             :   Oreochormis
Spesies           :   Oreochromis niloticus
2.     Ciri fisik ( Morfologi )
Tubuh ikan agak bulat dan pipih. Mulut terletak di ujung kepala (terminal). Garis rusuk (linea lateralis) terputus menjadi dua bagian dan terletak memanjang mulai dari atas sirip dada. Jumlsh sisik garis rusuk sebanyak 34 buah. Warna badan kemerahan polos atau bertotol-totol hitam dan sering pula berwarna albino (bule).
3.     Pertumbuhan dan perkembangan
Nila merah bersifat beranak pinak dan cepat pertumbuhannya. Selain itu, ikan ini memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan kadar garam sampai 3o promil. Kedewasaan pertama tercapai pada umur 4-6 bulan dengan bobot 100-250 g. Jenis ikan ini dapat memijah 6-7 kali/tahun.
Seekor induk betina dapat menghasilkan telur sebanyak 1.000 - 1.50o butir. Saat pemijahan ikan jantan akan membuat sarang dan menjaganya. Telur yang telah dibuahi dierami oleh induk betina di dalam mulutnya. Penjagaan oleh betina masih terus dilanjutkan sampai seminggu setelah telur-telur tersebut menetas.
Ikan nila merah dapat mencapai saat dewasa pada umur 4 - 5 bulan dan ia akan mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan sampai berumur 1,5 - 2 tahun. Dan dapat berlangsung selama 6 - 7 kali dalam setahun. Ikan nila merah jantan menjadi agresif saat musim ini.
4.     Habitat dan Penyebarannya
Ikan nila merah memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga ia bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ia mampu hidup pada suhu 14 - 38 derajat celcius. Dengan suhu terbaik adalah 25 - 30 derajat. Meski ia bisa hidup di kadar garam sampai 35% namun ia sudah tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik.
Ikan nila merah termasuk dalam ikan pemakan segala atau Omnivora. Ikan ini dapat berkembang biak dengan aneka makanan baik hewani maupun nabati. Ikan nila merah saat ia masih benih, pakannya adalah plankton dan lumut sedangkan jika ia sudah dewasa ia mampu diberi makanan tambahan seperti pelet dan berbagai makanan lain yaitu daun talas.




C.    Ikan Nila Gift







1.    Klasifikasi           
Kingdom         :   Animalia
Phylum           :   Chordata
Sub Phylum  :   Vertebrata
Kelas               :   Pisces
Sub Kelas      :   Acanthotherigi
Ordo                :   Perchomorphi
Sub Ordo        :   Perchomorphi
Famili              :   Perchoiaea
Genus             :   Oreochormis
Spesies           :   Oreochromis niloticus bleker

2.     Ciri fisik ( Morfologi )
Morfologi ikan nila gift betina : tubuh memanjang; warna agak kusam; perut agak gendut, gerakan lamban, punya 2 buah lubang kelamin membulat, satu lubang telur satu lubang kencing, dan berukuran 300 – 500 gram. Morfologi ikan nila gift jantan : tubuh membulat; warna cerah; bersirip kemerahan; gerakan lincah, satu alat kelamin yang memanjang, terkadang keluar cairan putih bening bila dipijit lubang kelaminnya, dan berukuran antara 400 - 500 gram.
3.     Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan ikan nila gift jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh berbeda, nila jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina.  Disamping itu, yang betina apabila sudah mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat.  Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi.  untuk mengantisipasi  kendala ini, saat ini sudah dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi ikan menjadi jantan semua ( Sex-reversal ) yaitu dengancara pemberian hormon 17 Alpa methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari.
Dibandingkan dengan ikan nila lokal, maka nila gift mempunyai karaketristik genetik yang lebih unggul terutama tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dan fekunditas (tingkat kesuburan untuk menghasilkan sejumlah telur) lebih tinggi. Dalam waktu 5 - 6 bulan ikan nila gift mampu mencapai berat tubuh sekitar 600 gram. Daya tahan tubuh yang lebih baik memungkinkan nila gift lebih toleran terhadap kisaran nilai salinitas air yang tinggi dan lebih tahan terhadap serangan penyakit.
4.     Habitat dan Penyebarannya
Ikan Nila di Jawa Barat merupakan ikan introduksi yang datang pertama kali dari Taiwan pada. tahun 1969 (Hardjamulia & Djajadireja 1977). Tahun 1975 didatangkan Nila. Hibrid (hasil silang T. nilotica dan T. mossambica) dari Taiwan. Nila. Merah muncul pada tahun 1981 yang diintroduksi dari Philipina. Kemudian pada tahun 1988 - 1989 didatangkan Parent Stock Nila Chitralada dari Thailand, namun tidak berkembang.
Ikan Nila GIFT merupakan varietas baru dari jenis Ikan Nila yang yang dikembangkan oleh ICLARAM di Philipina. Ikan Nila GIFT tersebut diintroduksi dari Philipina pada. tahun 1995 - 1997. Pada. tahun 2002 BPBI Wanayasa memperoleh famili Ikan Nila GET (Genetically Enhanched of Tilapia). Ikan Nila GET tersebut diintroduksi dari Philipina oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat melalui BFAR (Bureau of Fisheries and Aquatic Research).
Ikan nila gift adalah merupakan jenis unggul yang dihasilkan dari program kawin silang dan seleksi famili atas jenis-jenis nila lokal yang berasal dari beberapa negara seperti Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal dan Kenya. Populer dan semakin merebaknya kegiatan budidaya ikan nila gift beberapa tahun belakangan ini disebabkan oleh prospek ekspor dan permintaan yang tinggi dari negara-negara seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Jepang, Singapura, Hong Kong dll. Indonesia sejauh ini dikenal sebagai salah satu negara pengekspor ikan nila gift terbesar (di bawah 10 juta ton/tahun) di samping Taiwan, Costa Rica, Filipina dan Thailand. Bahkan di Karawang, Jawa Barat saat ini sedang dibangun proyek percontohan budidaya ikan nila gift pada areal seluas 50 hektar. Budidaya nila gift bisa ditemukan di Waduk Cirata, Waduk Saguling, Waduk Jatiluhur dan Sukabumi. 
5.     Keunggulan Ikan Nila Gift
Nila GIFT memiliki bebepapa keunggulan, diantaranya :
a. Tumbuh lebih cepat, 5 kali lebih cepat dari nila dulu
b. Dapat mencapai ukuran besar, lebih dari 3 kg
c. Tahan terhadap perubahan lingkungan dan serangan penyakit.
d. Sangat respon terhadap pakan tambahan
e. Tahan hidup pada kadar garam tinggi, lebih dari 30 ppt
f. Mudah dibudidayakan




BAB  IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
Usaha pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di Kelurahan Cigadung, Kabupaten Kuningan mempunyai prospek yang cukup baik dikembangkan, karena permintaan pasar yang cenderung sangat meningkat dan rasanya yang gurih serta ditunjang pula harganya yang relatif mahal dibandingkan dengan ikan hasil budidaya air tawar lainnya di sekitar Kuala Kapuas.
Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di kolam merupakan salah satu cara budidaya ikan yang mudah dikembangkan di Kabupaten Kuningan karena wilayahnya yang banyak air dan sungai serta pola budidaya ikan yang mulai digandrungi masyarakat. Juga sebagai alternatif sumber pendapatan dan pemenuhan gizi keluarga.
Makanan bagi Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) juga tidak sulit, karena ia mau menyantap segala jenis makanan alami ataupun buatan (pellet), bahkan diberi dedak halus ataupun ampas tahu ia mau juga. Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk jenis ikan pemakan campuran (omnivora).
Berbeda dengan jenis ikan konsumsi lainnya, Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk golongan pemakan segala ini dapat dibudidayakan (pembesaran) dengan berbagai sistem, antara lain sistem air deras, keramba, jaring terapung, longyam serta di kolam air tergenang (stagnat water). Oleh karena dibudidayakan dengan banyak cara itulah, maka Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) dapat dijadikan alternatif pemilihan usaha.


DAFTAR PUSTAKA

-     Fikri Ghazali Ramdhan. http://ramdhan18.wordpress.com. Universitas Kuningan, 2010.  (penulis/penyusun)
-     Hassanudin Saanin. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta Jakarta. 1992.